Selasa, 11 Mei 2010

Stroke

STROKE
1. DEFINISI STROKE
Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.
2. PENYEBAB STROKE
1. Hipertensi. Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena stroke sebanyak 30%. Merupakan faktor yang dapat diintervensi.
2. Arteriosklerosis, hiperlipidemia, merokok, obesitas, diabetes melitus, usia lanjut, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah tepi, hematokrit tinggi, dan lain-lain.
3. Obat-obatan yang dapat menimbulkan addiksi (heroin, kokain, amfetamin) dan obat-obatan kontrasepsi, dan obat-obatan hormonal yang lain, terutama pada wanita perokok atau dengan hipertensi.
4. Kelainan-kelainan hemoreologi darah, seperti anemia berat, polisitemia, kelainan koagulopati, dan kelainan darah lainnya.
5. Beberapa penyakit infeksi, misalnya lues, rematik (SLE), herpes zooster, juga dapat merupakan faktor resiko walaupun tidak terlalu tinggi frekuensinya
3. GEJALA STROKE
Bila gejala-gejala berikut ini dijumpai, bisa jadi serangan stroke mulai muncul:
 Adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
 Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar
 Mulut, lidah mencong bila diluruskan
 Gangguan menelan : sulit menelan, minum suka keselek
 Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat dimengerti atau tidak dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap
 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
 Tidak memahami pembicaraan orang lain
 Tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami tulisan
 Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun
 Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
 Hilangnya kendalian terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari
 Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil
 Menjadi pelupa ( dimensia)
 Vertigo ( pusing, puyeng ), atau perasan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas
 Awal terjadinya penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau bangun tidur
 Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat
 Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh
 Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang
 Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau tertawa
 Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
 Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh
 Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri


Gejala klinis
Gejala trombosis serebri (TS), yaitu:
+ Terjadi pada waktu istirahat
+ Tidak ada kehilangan kesadaran.
+ Adanya faktor-faktor resiko, misalnya arteriosklerosis dan hiperlipidermia.
Gejala Emboli Serebri (ES), yaitu:
+ Terjadi paling sering pada waktu ada atrial fibrilasi
+ Ada kehilangan kesadaran kurang 30 menit.
+ Ada faktor-faktor resiko, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan aneurisma.
Gejala Hemorragik Stroke (HS), yaitu:
+ Terjadi pada waktu sedang beraktivitas.
+ Ada kehilangan kesadaran lebih 30 menit.
+ Ada faktor-faktor resiko, misalnya hipertensi.
4. PATOFISIOLOGI STROKE
Pengaliran Darah ke Otak dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1. Tekanan Perfusi. Tekanan untuk memompa darah ke otak disebut tekanan perfusi (TP). Otak mempunyai kemampuan “otoregulasi” yaitu kemampuan otak untuk mengatur agar aliran darahnya tetap konstan. Kemampuan mengatur arteriola untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan untuk dilatasi bila tekanan darah sistemik menurun (pada tekanan darah 50-150 mmHg). Hal lain yang mempengaruhi Tekanan perfusi adalah Cardiac Output (CO) atau curah jantung.
2. Keadaan Pembuluh Darah. Bila ada arteriosklerosis, trombosis, dan emboli, penampang pembuluh darah akan menyempit, bahkan menjadi tersumbat. Ini disebut sebagai tahanan pembuluh darah otak atau resistensi jaringan (RJ).
3. Faktor Darah Sendiri, disebut juga faktor hemereologi, yaitu menyangkut kekentalan dan viskositas darah, sifat-sifat sel darah, misalnya fleksibilitas sel darah merah dan kemampuan darah untuk koagulasi.
5. PENATALAKSANAAN STROKE
Pengelolaan terdiri dari 3 bagian penting yaitu pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
 Pencegahan
a) Berhenti merokok sedini mungkin
Nikotin, karbon monoksida (CO) dan zat lainnya yang terkandung dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah. Hal ini akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada didndidng pembuluh darah yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak. Risiko terkena serangan jantung akan meningkat 50% jika menghisap 4 batang setiap hari.
b) Berolahraga secara teratur
Ketika melakukan aktivitas fisik, jantung akan berdenyut lebih cepat untuk meningkatkan jumlah darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh sehingga meningkatkan kadar HDL/kolesterol baik dan menurunkan LDL/kolesterol jahat. Selain itu berolahraga juga membantu mengurangi berat badan.
c) Perbaikan diet
Membatasi konsumsi daging, ikan atau unggas maksimal 150 gram per hari. Tingkatkan asupan makana tinggi serat, antara lain roti/sereal tinggi serat, sayuran serta buah-buahan.
d) Hindari stres yang berlebihan
Stres bisa menyebabkan peningkatan kadar hormon epinefrin yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dan denyut jantung sehingga mempermudah kerusakan pada dinding pembuluh darah.
e) Hindari pola hidup tidak sehat
Pola hidup yang tidak sehat dapat memicu timbulnya penyakit diabetes, darah tinggi dan kolesterol tinggi serta obesitas, faktor-faktor ini merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung

 Pengobatan faktor resiko.
Prinsip-prinsip pengobatannya yaitu:
1. Atasi etiologinya.
2. Jendela pengobatan penumbra (daerah di pinggir kerusakan dimana CBF-nya masih dapat dihitung, dan bisa dipengaruhi dengan meningkatkan CBF).
3. Atasi latar belakang patofisiologinya (CBF, TP, RJ)
4. Fisioterapi
5. Perawatan
Pada Stroke Non hemorragik, dilakukan mobilisasi secepatnya. Pada SNH, fisioterapi dilakukan 2 minggu setelah penderita sadar dan tidak ada kontraindikasi.

 Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi ialah :
• Memperbaiki fungsi motoris, bicara, dan fungsi lain yang terganggu
• Adaptasi mental; sosial dari penderita strke, sehingga hubungan interpersonal menjadi normal.
• Sedapat mungkin harus dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Prinsip dasar rehabilitasi :
* Mulailah sedini mungkin
* Sistematis
* Ditingkatkan secara bertahap
* Rehabilitasi yang spesifik sesuai dengan defisit yang ada


Untuk pengobnatan umum dapat dipakai patokan 5B:

1. BREATHING
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang
6. BRAIN
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yag timbul dapat diberikan Diphenylhydantoin atau carbamazepin.
7. BLOOD
Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang ini akan mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
8. BOWEL
BowelDefekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila pelu diberikan nasogastric tube.
9. BLADDER
BladderMiksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urinae. Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar